Cara Pencegahan dan Penanganan DBD pada Anak

Aqiqah Bdg – Demam berdarah adalah penyakit akibat virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes aegypti sangat mudah berkembang biak di genangan air, di daerah yang beriklim hangat, tropis, dan lembap. Hal ini membuat kasus DBD akan lebih sering terjadi saat musim hujan.

Virus dengue menular lewat gigitan nyamuk aedes aegypti pembawa virus. Ketika nyamuk itu menggigit anak, virus berpindah ke anak lewat aliran darah.

Virus kemudian menempel pada sel darah putih dalam tubuh si Kecil dan pelan-pelan menginfeksinya sembari diedarkan ke seluruh tubuh hingga memunculkan gejala.

Sebagai catatan, penyakit DBD tidak bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain. Cara penularannya hanya dari nyamuk betina yang membawa virus ke manusia.

Menariknya, nyamuk aedes lebih sering menyerang pada siang hari, tidak seperti nyamuk-nyamuk lain yang biasanya menggigit pada pagi dan sore menjelang malam.

Ciri-Ciri Anak Terkena DBD

Beberapa orang terkena DBD tidak menunjukkan gejala sama sekali. Pada bayi dan anak-anak, gejala DBD seringkali ringan.

Biasanya gejala DBD pada anak akan berkembang pada empat hingga 10 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi, dan dapat bertahan sekitar tiga sampai tujuh hari. DBD pada anak biasanya dimulai dengan gejala penyakit seperti virus flu.

Memang sulit untuk mengetahui apakah si Kecil terkena DBD, kareba beberapa gejalanya mirip dengan penyakit umum yang terjadi pada anak-anak.

Berikut ini gejala umum DBD pada anak yang perlu Ayah dan Bunda waspadai:

  • Demam tinggi.
  • Lebih rewel dari biasanya.
  • Sulit tidur.
  • Menolak untuk makan.
  • Sering menangis dari biasanya.
  • Perdarahan dari gusi atau hidung.
  • Kulit timbul bintik-bintik merah.
  • Muntah.

Anak-anak dan orang yang belum pernah terinfeksi DBD sebelumnya cenderung mengalami yang lebih ringan.

Namun jika imun anak cenderung lemah dan pernah terkena DBD sebelumnya, gejala yang muncul dapat lebih berat.

Fase Demam Berdarah pada Anak

Kemunculan gejala pada penyakit DBD dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase pemulihan. Melansir dari IDAI, berikut ini penjelasan fase DBD pada anak:

1. Fase Demam

Gejala DBD dimulai dari demam tinggi mendadak yang berlangsung selama 2-7 hari.

Pada fase ini, demam tinggi dapat disertai keluhan sakit kepala, nyeri otot dan sendi (pegal atau ngilu otot dipakai bergerak), serta munculnya bintik-bintik merah di kulit.

Selain itu, anak menjadi kurang nafsu makan anak jadi berkurang, juga gampang mual dan muntah.

Jika Ayah dan Bunda mencurigai anak sedang dalam fase demam DBD, segera bawa si Kecil periksa darah di laboratorium untuk mengecek adanya penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit.

Sebab jika dilihat dari gejala luarnya saja, bisa akan sulit untuk menentukan apakah ini gejala DBD atau penyakit lain.

2. Fase Kritis

Fase kritis sering terjadi di hari ke-4 hingga ke-6 sejak gejala demam mulai timbul pada anak. Beberapa tanda bahaya yang perlu diwaspadai yaitu anak mengalami muntah terus-menerus, perdarahan dari hidung dan gusi, nyeri bagian perut, muntah darah, dan buang air besar berdarah.

Suhu tubuh si Kecil yang sedang dalam fase kritis biasanya akan menurun, terutama pada ujung lengan dan kaki. Bunda mungkin mengira si Kecil sudah mulai sembuh, karena suhunya sudah “kembali” normal.

Padahal penurunan suhu ini justru menandakan syok dan penurunan jumlah trombosit yang berbahaya. Si Kecil akan terlihat lebih lemas, bahkan mungkin mengalami penurunan kesadaran.

3. Fase Pemulihan

Terakhir yaitu fase pemulihan yang terjadi dalam waktu 48-72 jam setelah demam turun. Fase ini juga biasanya disertai tanda-tanda perbaikkan pada si Kecil, seperti nafsu makan membaik, anak terlihat lebih ceria, buang air kecil cukup atau lebih banyak dari biasanya.

Fase pemulihan juga bisa dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium, yaitu nilai hematokrit yang berada dalam batas normal, dan jumlah trombosit juga mengalami peningkatan secara cepat hingga menuju rentang yang normal.

Apakah DBD pada Anak Berbahaya?

Umumnya, anak yang terkena DBD akan sembuh dalam waktu seminggu atau lebih. Namun, pada beberapa kasus, gejala DBD dapat cepat memburuk dan bahkan berakibat fatal. Kondisi ini disebut dengue berat atau sindrom syok dengue.

Kasus ini sebetulnya jarang terjadi. Hanya 1 dari 20 orang yang sakit demam berdarah mengalami syok dengue berat. Tapi anak yang pernah menderita DBD sebelumnya berisiko tinggi mengalami sindrom syok dengue.

Sindrom syok dengue terjadi ketika pembuluh darah rusak dan bocor. Jumlah trombosit dalam aliran darah mengalami penurunan, sehingga bisa menyebabkan syok, perdarahan internal, kegagalan organ, bahkan kematian.

Gejala demam berdarah parah yang perlu Bunda waspadai, antara lain:

  • Sakit perut yang parah.
  • Muntah terus-menerus.
  • Perdarahan di gusi atau hidung.
  • Perdarahan di bawah kulit, yang terlihat seperti memar.
  • Sulit bernapas atau terengah-engah.
  • Kelelahan.
  • Mudah marah atau gelisah.

Jika si Kecil memiliki tanda-tanda seperti di atas, segera bawa anak ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis secepatnya, Bun.

Apa yang harus Dilakukan Ketika Anak Kena DBD?

Pada dasarnya, tidak ada obat antivirus atau obat khusus yang berdiri sendiri untuk mengobati DBD. Akan tetapi, Bunda bisa melakukan cara ini untuk mengatasi gejala DBD yang timbul pada si Kecil, seperti:

  • Memberikan paracetamol yang diresepkan dokter untuk menurunkan demam si Kecil.
  • Tempelkan kompres hangat pada dahi, bagian lipatan ketiak, dan lipat selangkangan selama 10-15 menit untuk menurunkan panas.
  • Biarkan anak banyak tidur agar istirahat cukup. Usahakan anak tetap pada jadwal tidurnya.
  • Pastikan memenuhi kebutuhan cairannya untuk menghindari dehidrasi. Berikan susu, jus buah (misalnya jus jambu), cairan elektrolit isotonik, dan air beras (air tajin).
  • Berikan makanan yang sehat dan bergizi. Sebab, pola makan yang sehat dan tidur yang cukup akan membantu sistem kekebalan tubuh si Kecil.

Hindari penggunaan ibuprofen atau obat antiinflamasi lainnya kepada anak untuk mengobati gejala DBD. Sebab, DBD menurunkan kadar trombosit dalam darah dan bisa menyebabkan perdarahan.

Pemberian ibuprofen dan antiperadangan lain bisa membuat penyakitnya makin buruk. Oleh karena itu, untuk mendapatkan obat yang tepat, sebaiknya Ayah dan Bunda konsultasi dulu ke dokter.

Cara Mencegah DBD pada Anak

Tentunya, melakukan pencegahan penyakit lebih baik daripada mengobati. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar si Kecil maupun keluarga di rumah terhindar dari gigitan nyamuk yang membawa virus dengue. Berikut adalah cara mencegah penyakit DBD:

  • Singkirkan benda yang dapat menampung air, seperti mug, ember, baskom, dan pot. Sebab, air yang menggenang pada benda tersebut bisa menjadi sarang nyamuk.
  • Rutin menguras wastafel dan bak mandi, untuk menghindari jentik-jentik nyamuk.
  • Gunakan kelambu saat tidur, bahkan di siang hari. Penggunaan kelambu bisa menjadi alternatif yang aman dibanding memakai penyemprot nyamuk.
  • Oleskan krim pengusir nyamuk pada kulit, tapi pastikan dulu kandungan dalam krim aman untuk anak-anak.
  • Rajin membersihkan tubuh karena bau badan dipercaya dapat menarik nyamuk.
  • Memasang kasa pada kusen jendela dan pintu untuk mencegah masuknya nyamuk ke dalam rumah.
  • Kurangi waktu di luar rumah saat musim hujan. Bunda bisa mengajak si Kecil bermain di dalam rumah, misalnya mewarnai, menggambar, bermain puzzle, atau mainan edukasi lainnya.

Sumber: Okezone Health

Penulis: Aisyah