Teladan Rasulullah SAW Menjadi Kepala Keluarga

Aqiqah Bdg – Di tengah aktivitas dakwahnya menyebarkan agama islam, tidak membuat Rasulullah SAW lalai terhadap tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Malah sebaliknya, Rasulullah SAW merupakan sosok kepala keluarga panutan. Sekalipun dalam sebuah aspek kepemimpinan keluarga.

Seperti yang telah Ayah Bunda ketahui, Rasulullah SAW adalah sosok yang sangat penyayang kepada seluruh makhluk hidup. Beliau juga dikenal sebagai sosok pelindung dan sangat mencintai keluarganya. Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berkata:

“Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik kepada keluarga,” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Hadits ini menegaskan bahwa beliau memperlakukan keluarganya dengan penuh cinta, kasih sayang, akhlak terpuji, beliau juga merupakan sosok yang sangat bijaksana dalam menaungi keluarganya.

Tak hanya itu saja, Rasulullah SAW juga merupakan sosok yang sangat penyayang dan ramah kepada anak-anak. HJal ini diakui langsung oleh Anas bin Malik yang dimana dalam kesehariannya ia lebih sering mendampingi Rasulullahg SAW. Anas bin Malik berkata: “Aku belum pernah melihat seseorang yang lebih sayang kepada keluarga selain Rasulullah,”

Keharmonisan beliau beserta keluarganya juga kerap terlihat jelas di berbagai kesempatan serta diabadikan dalam beberapa hadits yang diriwayatkan oleh sekian banyak perawi.

Misalnya, kejadian ketika Rasulullah SAW mencium salah satu cucunya yaitu Hasan bin Ali yang disaksikan secara langsung oleh al-Aqra bin Habis yang kemudian diriwayatkan oleh Imam Bukharu dan Imam Muslim dalam sebuah hadits saat itu al-Aqra’ berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak, tetapi tidak ada satu pun yang biasa kucium,”. Kemudian Rasulullah SAW pun menoleh ke arahnya sambil menjawab: “Siapa yang tak sayang, maka tak disayang,”

Tak hanya itu saja, ada pun bentuk lain dari kasih sayang dan kelembutan yang Rasulullah lakukan kepada anak-anak adalah supaya tidak membebani mereka di luar kemampuan mereka. Seperti pada saat peristiwa perang Uhud, Rasulullah SAW sempat didatangi oleh sejumlah anak yang ingin ikut andil dalam peperangan.

Akan tetapi, Rasulullah SAW menolak keinginan mereka dengan lembut karena usia mereka bulum cukup untuk ikut berperang, mereka masih kecil.

Anak-anak yang datang kepada Rasulullah SAW itu di antaranya Abdullah bin Umar bin Khathab, Usamah bin Zayd, Usaid bin Zhuhair, Zayn bin Tsabit, Zyd bin Arqam, Arabah bin Aus, Amr bin Hazm, Abu Said al-Khudri dan Sa’d bin Habah.

Penolakan ini bukan berarti Rasulullah SAW tak ingin dibantu oleh orang-orang yang berniat baik kepadanya, hal itu adalah salah satu bentuk kasih sayangnya kepada anak-anak tersebut. Beliau melindungi anak-anak dari segala mara bahaya yang kapan pun di mana pun bisa menghampiri mereka.

Meskipun demikian, niat baik yang mereka tawarkan kepada Rasulullah SAW bisa jadi telah mendapat ganjaran dari Allah SWT.

Maka dengan itu, tidak ada satu pun yang membenarkan jika kita mengikutsertakan anak-anak kita dalam hal yang dapat membahayakannya, baik itu berupa tindakan yang positif apalagi tindakan yang negatif.

Sayangnya, belakangan ini keterlibatan anak-anak di bawah umur kerap kita temui dalam berbagai aktivitas atau hal yang dinilai sepele tetapi itu cukup berbahaya bagi mereka. Seperti jaman sekarang, anak kecil marak dibiarkan ikut mengamen di jalanan.

Andai kata kita menjadikan Rasulullah SAW dan Al Quran sebagai acuan kita dalam kehidupan keluarga, maka sudah seharusnya akhlak Rasulullah SAW ini kita jadikan contoh yang paling nyata. Bahwa dengan mencintai terhadap sesama, kerabat, saudara, apalagi keluarga, maka Allah SWT pun akan semakin dekat, Insya Allah.

Jika Allah telah dekat dengan kita, niscaya setiap langkah kita di dunia akan dimudahkan dan akan kembali kepada sebaik-baiknya perjanjian di akhirat.

Perangainya yang lemah lembut tak hanya beliau tujukan kepada anak-anak saja, beliau juga mencontohkan hal-hal tersebut kepada istri-istrinya. Rasulullah SAW bahkan telah mencontohkan bagaimana cara beliau berperilaku dan bersikap serta berkata baik terhadap istri-istrinya. Belum ada satu pun hadits yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW pernah memukul atau menyakiti istri-istrinya ketika semasa hidup beliau.

Beliau berpesan agar Ayah tetap bersabar menghadapi Bunda yang terkadang sikapnya tidak disukai. Tak lupa juga bersabar dalam menghadapi si kecil yang kadang kerap menjengkelkan dan agak sulit dimengerti. Jangan jadikan hal-hal tersebut menjadi alasan Ayah untuk berperilaku kasar kepada Bunda dan si kecil, ya!

“Janganlah marah (laki-laki muslim/suami) kepada seorang wanita muslimah (istri). Jika tidak menyukai perangai darinya, maka sukailah perangai lainnya.” (HR. Muslim dan Ahmad)

Sumber gambar: dream.co.id

Penulis: Elis Parwati