Cara Menghitung Hari Ketujuh untuk Melaksanakan Aqiqah Menurut Para Ulama

Aqiqah Bdg – Para ulama sepakat bahwa waktu terbaik untuk menyembelih hewan aqiqah adalah pada hari ketujuh setelah kelahiran bayi.

Namun, ada perbedaan pendapat mengenai cara menghitung hari ketujuh tersebut. Apakah hari kelahiran bayi dihitung sebagai hari pertama, ataukah hitungan dimulai pada hari berikutnya? Simak penjelasan berikut.

  1. Menurut Al Malikiyah

Imam Malik menghitung hari pertama kelahiran bayi dimulai pada hari berikutnya. Misalnya, jika seorang bayi lahir pada hari Selasa, maka hari pertama adalah Rabu, hari kedua Kamis, hari ketiga Jumat, hari keempat Sabtu, hari kelima Ahad, hari keenam Senin, dan hari ketujuh Selasa.

Oleh karena itu, waktu untuk menyembelih hewan aqiqah adalah pada hari Selasa, yaitu hari yang sama dengan hari kelahiran bayi, seminggu kemudian.

Namun, jika bayi lahir setelah tengah malam sebelum fajar, maka hari kelahirannya itu sudah dianggap sebagai hari pertama. Contohnya, jika bayi lahir pada hari Selasa dini hari jam 02.00, maka hari Selasa dianggap sebagai hari pertama, sehingga hari ketujuh jatuh pada hari Senin, bukan Selasa.

Pendapat Imam Malik ini sejalan dengan pandangan ulama lain seperti Imam An Nawawi dan Al Buwaithi dari mazhab Asy Syafi’iyah.

  1. Menurut Ibnu Hazm

Sedangkan Ibnu Hazm berpendapat bahwa hari kelahiran bayi dihitung sebagai hari pertama. Jadi, jika seorang bayi lahir pada hari Selasa, maka hari pertama adalah Selasa, hari kedua Rabu, hari ketiga Kamis, hari keempat Jumat, hari kelima Sabtu, hari keenam Ahad, dan hari ketujuh adalah Senin.

Maka hewan aqiqah disembelih pada hari Senin, bukan Selasa. Pendapat Ibnu Hazm ini sejalan dengan pandangan Ar Rafi’i dari mazhab Asy Syafi’iyah.

Kedua pendapat tersebut muncul karena perbedaan metode perhitungan. Sayangnya, tidak ada dalil yang qath’i dari Al Quran dan As Sunnah mengenai cara penghitungannya, sehingga muncul perbedaan pendapat.

Yang perlu diingat adalah bahwa inti dari pelaksanaan aqiqah bukan pada resepsi atau pestanya, melainkan pada penyembelihan hewannya. Resepsi dapat dilakukan kapan saja, yang penting adalah penyembelihan hewan tersebut. Inti dari aqiqah adalah menyembelih hewan, bukan pestanya.

Wallahu a’lam bishshawab.

Sumber gambar: Orami

Penulis: Elis Parwati