Apakah Susu Bisa Digunakan Sebagai Pengganti Makanan

Aqiqah Bdg – Susu merupakan salah satu sumber nutrisi yang kaya akan zat gizi penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa zat gizi yang terdapat dalam susu meliputi lemak, vitamin A, vitamin E, dan vitamin D.

Ketika mengonsumsi susu, penambahan kalsium menjadi elemen kunci untuk mendukung pertumbuhan tulang dan gigi anak. Kandungan kalsium dalam setiap 250 ml susu sekitar 270 mg, setara dengan satu cangkir susu.

Namun, kebutuhan harian akan kalsium pada anak bervariasi tergantung pada usianya. Anak usia 1 hingga 3 tahun membutuhkan sekitar 500 mg kalsium setiap hari. Oleh karena itu, saat anak mengonsumsi 250 ml susu, hanya mencakup setengah dari kebutuhan harian kalsium.

Ini penting, terutama ketika dikombinasikan dengan makanan bergizi lainnya. Meskipun susu mengandung banyak nutrisi penting, tidak boleh dianggap sebagai pengganti makanan dalam memenuhi kebutuhan harian nutrisi anak yang bervariasi.

Makanan yang beragam dan seimbang tetap harus menjadi sumber utama asupan anak untuk memastikan penerimaan nutrisi penting yang dibutuhkan guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal. Susu dapat berperan sebagai pemberi tambahan nutrisi untuk melengkapi nutrisi yang belum tercukupi melalui makanan.

Sebagai contoh, lemak adalah komponen penting dalam pertumbuhan anak. Meskipun segelas susu mengandung sekitar 3,5 gram lemak, anak usia 3 tahun membutuhkan sekitar 35 gram lemak setiap hari. Oleh karena itu, mengandalkan hanya susu sebagai sumber lemak tidak akan mencukupi kebutuhan harian anak. Selain itu, terlalu banyak kalsium dari susu sapi juga dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh.

Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan nutrisi yang seimbang dari berbagai jenis makanan, seperti sayuran, buah-buahan, protein hewani, dan protein nabati, agar anak mendapatkan semua nutrisi penting yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang secara optimal.

Bagaimana Jika Anak Hanya Ingin Minum Susu dan Tidak Mau Makan?

Susu memang memiliki peranan penting dalam menyediakan nutrisi bagi anak. Menurut Pedoman Gizi Seimbang dari Kementerian Kesehatan, susu bukan hanya pelengkap, tetapi juga merupakan sumber protein.

Walaupun pemberian susu setiap hari tidak masalah, tetap penting untuk tidak mengabaikan konsumsi makanan bergizi seimbang yang harus menjadi prioritas utama untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.

Nutrisi dari makanan dan susu saling melengkapi, sehingga keduanya harus ada. Berikut ini beberapa konsekuensi jika anak hanya diberi susu sebagai pengganti makanan:

  • Kekurangan Nutrisi

Susu tidak mampu memberikan semua nutrisi yang diperlukan tubuh anak secara komprehensif. Anak-anak memerlukan berbagai macam nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Makanan padat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, daging, ikan, kacang-kacangan, dan produk susu lainnya mengandung beragam nutrisi penting yang tidak cukup tercakup dalam susu.

Mengandalkan susu saja sebagai sumber nutrisi dapat mengakibatkan risiko kekurangan nutrisi yang berdampak pada pertumbuhan terhambat, penurunan berat badan, dan kekebalan tubuh yang lemah.

  • Risiko Anemia

Zat besi merupakan mineral penting bagi tubuh, terutama dalam produksi sel darah merah yang sehat untuk mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan anemia, yaitu penurunan sel darah merah dalam tubuh.

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan kelelahan yang berpengaruh pada konsentrasi belajar. Kurangnya zat besi juga dapat mengganggu konsentrasi, daya tahan perhatian yang lebih pendek, dan kinerja akademik yang menurun.

Meskipun susu mengandung kalsium, mineral yang mendukung kesehatan tulang, beberapa bukti menunjukkan bahwa kalsium dalam susu dapat menghambat penyerapan zat besi heme oleh tubuh.

  • Potensi Masalah Berat Badan

Susu mengandung protein, lemak, dan glukosa dalam jumlah yang signifikan. Jika anak hanya ingin minum susu tanpa makanan padat, ini dapat menyebabkan masalah obesitas di masa depan. Konsumsi lemak berlebih dari susu tidak ideal untuk mencapai berat badan yang sehat.

Obesitas pada anak dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Obesitas anak dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah seperti asma, penyakit kardiovaskular, masalah pada sendi, dan diabetes.

Untuk itu, penting bagi orangtua untuk memperhatikan nutrisi anak dengan memberikan makanan seimbang dan menerapkan gaya hidup sehat sejak dini.

Cara Mengatasi Anak yang Sulit Makan

Ayah dan Bunda perlu siap menghadapi situasi ketika anak menolak makan, yang bisa terjadi kapan saja selama masa pengenalan makanan. Meskipun, lebih penting lagi untuk tidak membiarkan anak hanya mengandalkan susu sebagai pengganti makanannya.

Ketika menghadapi anak yang menolak makan, diperlukan kesabaran untuk mencapai keberhasilan dalam membantu anak mengembangkan kebiasaan makan yang baik. Berikut ini beberapa strategi yang dapat diambil untuk membantu anak mau makan:

Membuat Jadwal Makan yang Konsisten: Tetapkan waktu makan yang rutin dan pemberian susu pada waktu yang sesuai. Fokus utama adalah memberikan makanan utama 3 kali sehari dan camilan atau susu 2 kali sehari.

Menciptakan Suasana Menyenangkan: Libatkan anak dalam proses memilih dan menyiapkan makanan. Menikmati waktu makan bersama keluarga juga bisa menciptakan suasana positif.

Memberikan Kesempatan untuk Merasakan Lapar: Jangan memberikan susu atau camilan sebelum waktu makan tiba untuk memberi kesempatan anak merasakan lapar.

Membiarkan Anak Makan Sendiri: Biarkan anak menjelajahi makanannya sendiri dan belajar mandiri dalam makan.

Hindari Memaksa: Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan atau memaksa untuk makan. Ini bisa membuat anak semakin enggan makan dan memandang makanan sebagai sesuatu yang negatif.

Berikan Waktu yang Cukup: Berikan waktu maksimal 30 menit saat anak makan. Setelah itu, bila anak belum makan, biarkan dan coba lagi pada waktu makan berikutnya.

Ketika mengajarkan anak pola makan yang baik, hindari pendekatan marah dan memaksa. Pendekatan ini dapat membuat anak semakin menolak makan dan menciptakan hubungan negatif dengan makanan. Berikan anak pemahaman bahwa makan adalah kebutuhan penting.

Jika anak terus menunjukkan penolakan terhadap makanan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter. Penolakan makan pada anak dapat disebabkan oleh faktor medis, dan penting untuk memastikan bahwa anak mendapatkan perawatan yang tepat.

Sumber: Haibunda

Penulis: Aisyah