Hukum Meng qadha aqiqah Untuk Yang Belum Aqiqah Sewaktu Lahir

1.    Pandangan Ulama yang Melarang Qadha’ Aqiqah

Ada beberapa ulama yang tidak memperbolehkan qadha aqiqah. Mereka menyatakan bahwa hadis-hadis tentang qadha aqiqah itu dhaif.

Seperti yang diriwayatkan oleh Ath Thabrani, Ahmad, Bazzar dan Imam Al Baihaqi. Meskipun menurut Syaikh Nashiruddin Albani hadis tersebut shahih.

Berikut adalah di antara ulama yang melarang

Imam Ibnu Hajar Al Asqolani

Dalam kitab Fathul Bari halaman 397 – Juz 15.

“Kalaupun hadis ini (qadha aqiqah) shahih, maka itu hanya khusus untuk Nabi SAW. Seperti tatkala beliau berqurban untuk diri dan ummatnya”.

Syaikh Muhammad Al Amin As Sanggiti

Dalam kitab Sarah Zadul Mustaqni

“Saya tak pernah menemukan hadis shahih satupun tentang hal ini (qadha aqiqah), terkecuali ada beberapa hadis dhaif dan kisah-kisah dari para ulama di masa lalu”.

2.    Pandangan Ulama yang Membolehkan Qadha’ Aqiqah

Ibnu Hajar Al Haitsami

Dalam kitab Majmauz Zawaid halaman 64 Juz 2

“Dari Anas ibnu Malik, beliau pernah berkata : “Rasulullah SAW melakukan ibadah aqiqah (menyembelih kambing aqiqah) untuk beliau sendiri setelah dirinya diutus sebagai Rasul”.

(HR. Bazzar dan Thabrani, para perawi Thabrani rerata perawi shahih kecuali Haitsam bin Jamil, beliau tsiqah).

Imam Syaikh Al Albani menyatakan hadis di atas ini shahih. Tertulis dalam silsilah hadis shahihah nomor 2726.

Imam Abu Bakar Ad Dimyathy

Dalam kitab ‘Ianatuth Thalibin halaman 382 Juz 2

“Dan disunnahkan melaksanakan aqiqah untuk dirinya sendiri (qadha aqiqah) berdasarkan hadis Rasulullah. Adapun fatwa Imam Nawawi bahwa hadis ini (HR. Bazzar & HR. Thabrani) adalah lemah (dha’if), itu sama sekali tidak benar, hadis ini adalah hadis Hasan”.

Imam Ath Thablawy

Dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Syarh Al Minhaj halaman 173 juz 14

“Mereka yang mengatakan bahwa hadis (aqiqah dewasa) ini dhaif (lemah) hanya taklid hasil penelitian Imam Baihaqi tanpa (mengecek kembali) lebih dahulu tarjih hadisnya. Padahal jelas dalam riwayat Ahmad, Bazzar dan Thabrani ada sanad yang berbeda. Ibnu Hajar Al Haitsamy menyatakan bahwa semua rawinya adalah perawi shahih sedang hanya satu yang tsiqoh”.

Ibnul Qayyim Al Jauziyah

Dalam kitab Tuhfatul Maudud fi Ahkamil Maulud

Beberapa ulama salaf meriwayatkan bahwa mereka memperbolehkan qadha’ aqiqah yaitu yang sudah masuk baligh atau sudah dewasa. Diantaranya:

Hasan Al Bashri (tabi’in) : “Jika orangtua belum mengaqiqahi-mu, maka aqiqahkanlah dirimu sendiri tatkala kamu telah beranjak dewasa”.

Muhammad bin Sierin (tabi’in) : “Aku sendiri yang mengaqiqahkan diriku. Dengan menyembelih seekor unta. Aku beraqiqah ketika sudah dewasa”.

Dikutip dari Imam Ahmad bin Hanbal (tabiut tabi’in) beliau bernganggapan bahwa amal baik (istihsan) apabila belum diaqiqahi saat bayi, lalu mengaqiqahi dirinya tatkala sudah dewasa.

3.    Bolehkah Qurban dengan Niat Sekaligus Mengqadha’ Aqiqah ?

Sayangnya tidak ada satupun dalil quran dan sunnah ataupun ijtima ulama yang membolehkan untuk berqurban dengan niat sekaligus meng-qadha’ Aqidah.

KESIMPULAN

Pendapat yang lebih kuat (rajih) yaitu yang membolehkan mengqadha’ aqiqah. Berdasarkan hadis-hadis shahih dan argumen yang disebutkan di atas.

Adapun pandangan ulama yang menyatakan tidak sahnya qadha’ aqiqah tetap harus kita hargai.

Sedangkan Qadha’ aqiqah tidak bisa niatnya dibarengi dengan qurban.

Wallahu a’lam.

Baca Juga: